lempeng pasifik
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepan nya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, tentu saja masih terdapat berbagai
kekurangan dalam makalah ini, oleh karenanya pembaca diharapkan kritik maupun
sarannya demi kesempurnaan makalah ini.
Depok, Juni 2016
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kata
pengantar……………………………………………………….………… 1
Bab I pendahuluan:
Latar belakang………………………………………….………..…......….…… 3
Rumusan masalah………………………….………………………..……..…..... 4
Tujuan……………………………………………………………...……….….. 4
Bab II pembahasan:
Asal
mula Lempeng Tektonik …………………………………………..………. 5
Pengertian
Lempeng Tektonik ………………………………………………….. 6
Lempeng Tektonik yang melalui Indonesia………..…………………..……….… 6
Batas-batas Lempeng ………………………………………..…….………...… 7
Contoh
akibat dari pergerakan Lempeng Pasifik di dunia…...……….….……..…. 9
Dampak Pertemuan Lempeng pada
Indonesia ………………….…...……..…… 10
Bab III penutup:
Kesimpulan………….………………………………………………………….. 12
Daftar pustaka………………………………………………………………….. 13
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa
kenampakan-kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan
geologis seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak
seperti dijelaskan dalam teori
geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai
Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara
benua Afrika
dan Eropa
dengan Amerika Utara dan Amerika
Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu.
Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak
saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi
semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat
menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Penemuan
radium
dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur bumi, karena
sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan asumsi
permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam.
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi
adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu Bumi
akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan
adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk
akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya masih cukup panas untuk
berada dalam keadaan cair.
I.2.
Rumusan Masalah
1. Jelaskan
asal mula Lempeng Tektonik ?
2. Apa
pengertian Lempeng Tektonik ?
3. Sebutkan
Lempeng Tektonik yang melalui Indonesia ?
4. Jelaskan
batas-batas lempeng ?
5. Sebutkan
contoh akibat dari pergerakan Lempeng Pasifik di dunia?
6. Apa dampak Akibat Pertemuan Lempeng pada Indonesia?
I.3.
Tujuan
1. Mengetahui
asal mula terbentuknya lempeng bumi
2. Mengetahui
akibat dari pergerakan Lempeng Tektonik di dunia
3. Mengetahui
dampak Akibat Pertemuan Lempeng pada Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1. Asal mula Lempeng
Tektonik
Teori Tektonik Lempeng
berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya The
Origin of Continents and Oceans yang diterbitkan pada tahun 1915. Ia
mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu kesatuan yang
bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi
seperti 'bongkahan es' dari granit
yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang
lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya
yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang
padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa
bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari,
dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan
bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya
bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti
pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari
penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda
usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania
tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun
selanjutnya justru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang
menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan
vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi
yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan
memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone),
dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori
tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum
dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih
lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan
magnet bumi (geomagnetic
reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan
oseanograf Ron G. Mason menunjukkan
dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring
dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur
sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua
sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng
menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik
mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi
geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori
yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.
Penelitian
tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi
kelautan yang berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan
penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik
lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup
universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi
dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga
implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi
dan paleobiologi.
II.2. Pengertian Lempeng Tektonik
Tektonik lempeng adalah
suatu teori yang menerangkan proses dinamika bumi tentang pembentukan jalur
pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di muka
bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng.
II.3. Lempeng Tektonik yang melalui
Indonesia
Indonesia
merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng
Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Pasific di utara Irian dan
Maluku utara.Lempeng Pasifik
ialah lempeng tektonik samudra di dasar Samudra Pasifik. Lempeng-lempeng litosfer ini
menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya
di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping/bergeser).
II.4. Batas-batas Lempeng
1.
Divergen
Bila lempeng-lempeng bergerak saling menjauh, sehingga
membentuk celah, mengakibatkan material lelehan dari astenosfer terinjeksi naik
ke atas, mendingin, lalu membentuk lantai samudra baru yang berupa pematang
tengah samudra.
2. Konvergen
Bila
lempeng bertemu yang menyebabkan salah satu lempeng menekuk melengkung masuk ke
lempeng yang lain.
Batas
konvergen ada 3 macam, yaitu
1)
antara lempeng benua dengan lempeng samudra,
2)
antara dua lempeng samudra,
3)
antara dua lempeng benua.
Bila lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu
sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault).
Batas dari
lempeng pasifik:
·
Ke utara di sisi timur ada batas
divergen dengan Lempeng Penjelajah, Juan de Fuca dan Gorda yang berturut-turut
membentuk Punggung Penjelajah, Juan de Fuca dan Gorda.
·
Ke tengah di bagian sisi timur ada batas peralihan dengan Lempeng Amerika Utara sepanjang Patahan San Andreas dan batas dengan Lempeng Cocos.
·
Ke selatan di bagian timur ada batas
divergen dengan Lempeng Nazca yang membentuk Tanjakan Pasifik Timur.
·
Di bagian selatan ada batas
divergen dengan Lempeng Antarktika yang membentuk Punggung
Pasifik-Antarktika.
·
Di bagian barat ada batas
konvergen yang mensubduksi di bawah Lempeng
Eurasia ke utara dan Lempeng Filipina di tengah
yang membentuk Parit Mariana.
·
Di selatan, Lempeng Pasifik memiliki batas yang
kompleks namun umumnya konvergen dengan Lempeng Indo-Australia, yang mensubduksi
di bawahnya ke utara Selandia Baru. Patahan Alpen menandai batas peralihan antara 2
lempeng, dan lebih lanjut ke utara Lempeng Indo-Australia mensubduksi di bawah
Lempeng Pasifik.
·
Di bagian utara ada batas
konvergen yang mensubduksi di bawah Lempeng Amerika Utara yang membentuk Parit Aleut dan Kepulauan
Aleut di dekatnya.
II.5.
Contoh akibat dari pergerakan Lempeng Pasifik di dunia
1. Kepulauan
Hawaii dan gunung api tengah laut yang merupakan kepanjangan dari Hawaii menuju Palung Aleutia, menunjukkan
pergerakan Lempeng Pasifik searah deretan hot spot.
2.
Batas
transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang berada di daratan,
salah satunya adalah Sesar San Andreas (San Andreas Fault) di
California, USA. Sesar ini merupakan pertemuan antara Lempeng Amerika Utara
yang bergerak ke arah tenggara, dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah
barat laut.
Patahan San Andreas adalah patahan geser di California,
Amerika Serikat, yang memiliki panjang
1.300 km. Patahan ini membentuk batas tektonik
antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika
Utara.
Patahan San Andreas pertama kali
ditemukan di California Utara oleh profesor geologi Berkeley Andrew Lawson tahun 1895. Setelah gempa bumi San
Francisco 1906,
Lawson menemukan bahwa Patahan San Andreas membentang hingga ke Kalifornia Selatan.
Patahan San Andreas adalah batas geser antara Lempeng
Pasifik dan Lempeng Amerika Utara. Membelah California menjadi dua bagian dari Cape Mendocino
ke perbatasan Meksiko.
San Diego, Los
Angeles dan Big Sur berada
di Lempeng Pasifik. San Francisco, Sacramento dan Sierra Nevada berada di
Lempeng Amerika Utara. Dan meskipun gempa terjadi di San Francisco tahun 1906, San Andreas
Fault tidak melewati kota. Tapi masyarakat seperti Desert Hot Springs, San
Bernardino, Wrightwood, Palmdale, Gorman, Frazier Park, Daly City, Point Reyes
Station dan Bodega Bay terletak tepat pada daerah patahan tersebut.
3. Pulau Aleutian di Alaska adalah salah satu contoh
pulau vulkanik dari proses ini. Pulau ini terbentuk dari konvergensi antara
Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara.
II.6.
Dampak Pertemuan
Lempeng pada Indonesia
Indonesia
adalah salah satu negeri paling rawan bencana di dunia. Karena berlokasi di
penghubung tiga lempeng tektonik, Indonesia sangat rentan terhadap aktivitas
seismik. Dengan hampir 200 gunung berapinya, yang lebih dari 70 di antaranya
digolongkan ”sangat aktif”, negeri ini memiliki jumlah tertinggi gunung berapi
aktif di dunia. Selain itu, Indonesia sering mengalami tanah longsor, banjir,
dan gempa bumi. Banjir terutama sangat berisiko dan cenderung sangat berdampak
terhadap PDB dan angka kematian. Kebakaran hutan juga mengandung risiko yang
besar, sebagaimana diperlihatkan oleh kebakaran hutan tahun 1998 yang terjadi
selama peristiwa El NiƱo. Jawa kemungkinan besar akan mengalami kerugian paling
parah akibat bencana; Sumatera dan Jawa adalah pulau yang memiliki dampak
ekonomi negatif terbesar
Sudah
sering disebutkan bahwa wilayah Indonesia terletak di antara 3 lempeng bumi
yang aktif, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Lempeng aktif
artinya lempeng tersebut selalu bergerak dan saling berinteraksi. Lempeng
Pasifik bergerak relatif ke Barat, lempeng Indo-Australia relatif ke utara dan
lempeng Eurasia bergerak relatif ke tenggara. Dari teori tektonik diketahui,
secara keseluruhan lempeng bumi ada delapan selain ketiga lempeng
tersebut di atas, yaitu lempeng Amerika Utara, lempeng Afrika, lempeng Amerika
Selatan dan lempeng Nazca. Ketiga lapisan ini berbeda jenis material
penyusunannya sehingga berpengaruh pada sifat fisiknya. Ia antara lain
mempengaruhi kecepatan gelombang air yang merambat pada setiap lapisan.
Pertemuan
antar-lempeng dapat berupa subduksi (penunjaman), seperti antara lempeng
Indo-Australia yang menunjam ke lempeng Eurasia, atau saling tarik menarik
(divergensi), atau saling bergeser. Daerah penunjaman dua lempeng bumi inilah
yang disebut dengan zona subduksi.
Daerah
batas antar-lempeng ditandai dengan adanya palung, punggungan samudera (deretan
gunung dan pegunungan di laut) dan pengunungan yang sejajar pantai, seperti
pegunungan Bukit Barisan di Sumatera. Dengan memperhitungkan daerah-daerah antar-lempeng tersebut
dapat dibuat zonasi daerah rawan bencana gempa bumi. Daerah yang
berdekatan dengan daerah pertemuan dua lempeng, seperti zona subduksi, adalah
termasuk daerah rawan bencana gempa bumi.
Daerah rawan bencana
gempa bumi di Indonesia berderet sesuai dengan jalur zona subduksi itu.
Masing-masing diketahui; di sebelah barat Pulau Sumatera, Selatan Pulau Jawa,
Nusatenggara, Maluku dan Papua. Adapun Pulau Kalimantan dapat dikatakan relatif
aman karena jaraknya agak jauh dari daerah pertemuan antar-lempeng atau zona
subduksi.
Di daerah pertemuan
antar-lempeng bumi pada waktu tertentu akan terjadi penumpukkan energi akibat
tekanan antar-lepmeng yang menyebabkan instabilitas. Karena bebatuan pada
daerah tersebut tidak mampu lagi menahan tekanan, maka bebatuan tersebut bisa
patah sambil melepaskan energi. Pelepasan energi tersebut menjalar ke permukaan
bumi dengan gelombang vertical dan horizontal yang menggoyangkan semua yang ada
di permukaan bumi. Inilah yang kemudian kita rasakan sebagai goncangan besar
atau gempa bumi.
Hal
ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang komplek
dari arah zona tumbukan yaitu Fore arc, Volcanic arc dan Back arc. Fore arc
merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau sering di sebut
sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di darat maupun di laut.
Pada daerah ini material batuan penyusun utama lingkungan ini juga sangat
spesifik serta mengandung potensi sumberdaya alam dari bahan tambang yang cukup
besar.
Ada 25 daerah rawan terkena bencana
gempa. Daerah tersebut antara lain daearah kepala burung Papua, Nabire, Wamena,
Banten – Pandeglang, Aceh dan Sumatra Utara. Pulau – pulau lainnya pun seperti
Maluku, Sulawesi, Papua, dan pulau – pulai kecil di Perairan Samudra Hindia
rawan bencana ini. Hanya Pulau Kalimantan daerah yang paling aman dari bencana
gempa di Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
III.1.
Kesimpulan
Tektonik
lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika bumi tentang
pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan
endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Indonesia
merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng
Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Pasific di utara Irian dan
Maluku utara. Indonesia
adalah salah satu negeri paling rawan bencana di dunia. Karena berlokasi di
penghubung tiga lempeng tektonik, Indonesia sangat rentan terhadap aktivitas
seismik, daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan
atau sering di sebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di
darat maupun di laut. Pada daerah ini material batuan penyusun utama lingkungan
ini juga sangat spesifik serta mengandung potensi sumberdaya alam dari bahan
tambang yang cukup besar.
III.2. Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar